Artikel




Mengenal 9 Kecerdasan Anak
Mendidik anak bukan hal yang mudah. Guru dan orang tua harus paham betul dengan kondisi, perilaku dan karakter anak dengan baik.
Di lingkungan kita sudah lazim dikenal bahwa anak yang pintar adalah anak yang nilai raport atau ulangan yang bagus atau hal-hal yang ukurannya sifatnya masih belum menjadi representasi menyeluruh dari kecerdasan anak.
Seorang anak bisa jadi unggul di bidang tertentu dan lemah di bidang lain. Dengan kata lain, anak memiliki tipe kecerdasan yang berbeda-beda.
Teori yang dikembangkan oleh Howard Gardner, dari Harvard University, menyebutkan bahwa kecerdasan dapat dilihat dari 9 macam. Seringkali kita hanya menilai kecerdasan dari satu macam saja.
9 kecerdasan menurut Gardner adalah:
1.      Kecerdasan Logika Bahasa (Logical-linguistic), yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kata dan bahasa (orator, penulis, penyiar, dll).
2.     Kecerdasan Logika Matematika  (Logical-mathematical) adalah  kecerdasan yang berkaitan dengan angka dan pemecahan masalah (ahli matematika, bankir, dll).
3.     Kecerdasan Spasial  (Spatial), yaitu  kecerdasan yang berkaitan dengan gambar  dan citra visual (sutradara, desainer, seniman, dsb).
4.     Kecerdasan Musik (Musical), yaitu  kecerdasan yang berkaitan dengan kepekaan terhadap tinggi rendah nada dan suara (penyanyi, komposer, dll).
5.      Kecerdasan Kinestetik (Bodily-Kinesthetic), yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan gerak tubuh (atlet, penari, dsb).
6.     Kecerdasan   Interpersonal   (Interpersonal), yaitu  kecerdasan   yang   berkaitan   dengan interaksi sosial (politisi, psikolog, pekerja sosial, dsb).
7.     Kecerdasan  Intrapersonal  (Interapersonal), yaitu kecerdasan yang berkaitan pemahaman diri (psikolog, spiritualis, penulis, dll).
8.     Kecerdasan   Naturalistik   (Naturalistic), yaitu kecerdasan   yang   berkaitan   dengan perhatian/kepekaan terhadap alam dan lingkungan (ahli biologi, pecinta alam, aktivis lingkungan, pendaki gunung, dll).
9.     Kecerdasan   Eksistensial   (Existensial), yaitu kecerdasan   yang   berkaitan   kepekaan menghubungkan antara keberadaan diri (eksistensi diri) dengan alam semesta (filosof, spiritualis, ilmuwan, seniman, dsb).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa 9   kecerdasan   tersebut   ada  pada  diri   setiap  orang   tetapi  dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki cara unik untuk menyerap dan mengaktualisasikan informasi dan pengetahuan.
Guru, pendidik dan orang tua seharusnya mampu mengenali kecerdasan anak sesuai tipe-nya sehingga dapat memberikan motivasi dan arahan yang tepat agar anak dapat mengembangkan diri sesuai kecerdasan yang dimilikinya.
Sistem pendidikan di PAUD Anak Sholeh Jepara juga mengacu kepada teori kecerdasan majemuk di atas dengan berlandaskan pada prinsip prinsip tauhid dan akhlaqul karimah. Semoga putra-putri kita menjadi anak-anak yang cerdas dan berkarakter unggul. Amin.
Sumber: Wikipedia



PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia utuh. Untuk itu ada prinsip prinsip supaya tujuan dari pendidikan yang membentuk manusia yang utuh tersebut tercapai. Prinsip adalah sesuatu yang bersifat mendasar dan tidak boleh dilanggar. Apalagi prinsip dilanggar maka kehancuran yang akan terjadi atau dalam hal mendidik anak maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Sebenarnya hal ini sudah kita rasakan saat ini. Bagaimana perilaku di masayrakat kita adalah hasil dari pendidikan yang telah melanggar prinsip prinsip pendidikan itu sendiri, khususnya dalam mendidik anak usia dini.
      Apa itu prinsip pendidikan anak usia dini? Ada 12 prinsip pendidikan anak usia dini, yaitu:
 (1)  Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidiK
 (2) Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
 (3) Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (Developmentally Appropriate Practices)
(4) Mengacu pada tahap perkembangan anak
(5) Berorientasi pada kebutuhan anak
(6) Belajar melalui bermain.
(7) Kreatif dan Inovatif
(8) Lingkungan yang kondusif,
(9) Menggunakan pembelajaran terpadu
(10) Mengembangkan keterampilan hidup
 (11) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
 (12) Mengacu pada 9 kecerdasan anak

Dua hal yang sering terjadi:
    Pertama, apabila proses pembelajarannya dalam suatu lembaga pendidika anak usia dini dilaksanakan dengan cara bermain, orangtua justru menolak hal ini. Sekolah kok main saja, kapan belajarnya.  Padahal salah satu prinsip pendidikan anak usia dini adalah belajar melalui bermain.
   Kedua, orang tua sering menuntut anak yang selesai belajar dari lembaga pendidikan anak usia dini harus sudah pandai belajar dan berhitung. Kalau anak belum bisa baca, tulis dan hitung, maka anak dileskan CALISTUNG. Kemungkinan besar potensi dan minat anak pada bidang kecerdasan lain tidak atau kurang diperhatikan. Padahal prinsip pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan 9 aspek kecerdasan, dan berorientasi pada kebutuhan anak. Apa itu 9 aspek kecerdasan dapat dilihat di artikel dengan judul Kecerdasan Jamak, yang diposting pada bulan Januari 2011. 
Mari kita didik anak anak kita sesuai dengan prinsip prinsip tersebut di atas, supaya anak-anak kita sungguh menjadi manusia yang utuh. 
Bagi para orangtua ayo bangkitkan kesadaran ini, kritisi lembaga-lembaga pendidikan yang dalam proses pembelajaranya masih belum menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Terutama lembaga pendidikan tempat buah hati anda, anda titipkan.
Bagi para penanggung jawab lembaga pendidikan anak usia dini, kepala sekolah dan guru mari mendidik dengan cara yang benar, ingat hasil mendidik anak usia dini tidak dapat dilihat saat ini, tetapi akan terlihat 20, 30 atau 40 tahun mendatang. Kita siapkan anak-anak kita dalam menyambut 100 tahun Indonesia merdeka,mereka akan menjadi generasi emas. Mungkin kita tidak mengalaminya, tetapi anak cucu kitalah yang akan menikmatinya.



Posted 8th May by Tom Tom Lin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar